Mas Rosa, begitu panggilan akrab teman-teman Press Mas Wawan. Saya kenal cukup lama sejak saat KKN di UNDIP tahun 1980-an di Kabupaten Batang tepatnya di Kecamatan Wonotunggal. Gabungan dari beberapa fakultas: Sastra, Hukum, Sospol, Ekonomi, Teknik Sipil, dan Kimia. Mas Rosa selalu membawa kegembiraan dengan setiap malam ke pesta dari desa ke desa dengan menanggap Sintren.
Setelah lulus kami masing-masing bergulat dengan kesulitan hidup dan perjuangan masing-masing, ternyata Mas Rosa terakhir kontak di LIPI dan meneruskan pendidikan di Monash University Melbourne, Australia. Sepulangnya bergulat di berbagai media massa dan selalu menulis, pernah bergabung dengan Mas Bambang Sadono, pada akhirnya tetap setia di LIPI sebagai Pustakawan.
Usai pensiun dari LIPI Mas Rosa, saya, dan Mas Wurti Woedarto bergabung mendirikan Majalah Media Kampus. Sempat jatuh bangun selama 3 tahun tiarap, sebab tak tahan gempuran dengan media yang punya akses ke pemerintah. Media Kampus mati sebelum bertarung.
Kegiatan sampingan Mas Rosa sebagai Dosen UIN Jakarta, mengajar Mata Kuliah Adab. Jika mampir kantor di Komplek Mandiri Nawi 23, selalu berbaju koko yang rapih, dengan gaya cengengesan khasnya, “Saya abis mengajar tangan saya jadi tipis, banyak dicium anak-anak… hehehe”. Sekitar tahun 2012-an kantor utama Media Kampus yang nebeng di Lembaga Studi Hukum pindah ke Jl. Haji Nawi.
Gambar: markas Media Kampus di Komplek Mandiri 23, lembur malam-malam sebagai Pemred Media Kampus.
Seiring perkembangan media massa, maka Media Kampus bermetamorfosa menjadi Legal Era Indonesia masih dimotori oleh Mas Rosa dan Wartawan senior ANTARA Mas Theo (Dr. Muhammad Yusuf). Menjadi agak lumayan karena bergantung dari beberapa perusahaan lembaga keuangan dan instansi, itu pun tak lama dan harus timbul tenggelam mencari sponsor.
Mas Rosa acapkali terlibat penelitian, baik mandiri di LSHI (Lembaga Studi Hukum Indonesia) antara lain ke Sydney dan Melbourne. Acara resminya di Sydney untuk seminar di Gedung Kebudayaan Sydney, terbang dengan pesawat low cost carrier dari Jakarta-Kuala Lumpur-Sydney. Sesampainya di Sydney kami menginap di hotel budget. Usai jadi pembicara, esoknya kami lanjut menuju ke Melbourne.
Mas Rosa pamer kolega-koleganya di Melbourne, dari pejuang asasi hingga penyiar radio, sampai tempat-tempat tongkrongan Mas Rosa. Menggelandang di hotel low budget di Melbourne. Saat itu bertepatan dengan musim tanding bola tangan tahap final, semua hotel low budget penuh. Sempat ditawari untuk menginap di kediaman sobat Mas Rosa namun kami tolak. Sampai jam 23.00 kami terselamatkan, mendapat kamar kosong. Kami tidak tahu apakah itu bisa tidur dengan kaki selonjor. Yang jelas Wine harus ada, karena Melbourne pada waktu itu cuacanya sangat dingin.
Berkelana dan melakukan penelitian dengan Mas Rosa ada satu spirit, keceriaan, dan satu kesederhanaan yang tak hilang
Gambar: Mas Rosa dan rombongan APPTHI (Asosiasi Pimpinan Perguruan Tinggi Hukum Indonesia di Cebu Philipina)
Gambar: Mas Rosa dan Dosen-dosen Fakultas Hukum USAHID studi banding ke Pengadilan Tinggi di Putera Jaya Malaysia
Gambar: Bersama Mas Rosa dan Mas Gatot, Dekan Law Faculty Ho Chi Minh University menerima kunjungan dalam rangka penelitian outsource
Beberapa tempat kita bersama-sama melakukan penelitian salah satunya ke Kalimantan, penelitian masyarakat adat Dayak
Beberapa hari melakukan penelitian di pedalaman, hampir tujuh jam dari kota Banjarmasin ditempuh dengan kendaraan darat, Mas Rosa, Mas Irwan dan Lukas anak saya yang paling kecil bergabung di pedalaman beberapa hari tanpa koneksi dan komunikasi ke dunia luar.
Mas Rosa dengan candaannya yang khas selalu memberikan semangat bagi kita semua. Terakhir saya mengajak melihat sunrise di Bromo dan melihat Tengger Semeru. Terakhir sebelum Covid melanda, tahun 2019-2020 kami sempat berkunjung ke Ciboleger, tepatnya di Desa Badui Luar. Ditempuh dengan dengan berjalan beberapa jam, mas Rosa tidak kuat sampai harus ditandu. Meski begitu dirinya masih bisa cengengesan, khas Mas Rosa.
Mas Rosa dan Mbak Tuti sempat diumrohkan kantor, syukurlah Mas Rosa sehat-sehat saja. “Sempat berdoa di depan Ka’bah, saya kira ga diberikan kesempatan ke sana kas, tapi atas bantuan kantor saya bisa di umrohkan…”
Dua tahun masa Covid adalah awal Mas Rosa masuk rumah sakit, dirawat karena gula yang tinggi, diabetes. Semangat Mas Rosa yang selalu cengengesan dan kelakarnya yang memberikan semangat sembuh.
Pun masa Covid Mas Rosa sudah jarang bertandang ke Kantor Nawi lagi, beberapa kali kami berkunjung ke rumahnya dengan membawa potluck. Kami tetap memberikan semangat Mas Rosa agar semangat dan tidak padam.
Ketika saya berkunjung ke Paris dan Berlin, Jum’at lalu ada pesan Whatsapp dari istri Mas Rosa. Beliau memberi kabar Mas Wawan masuk HCU. Saya berdoa dan berharap Mas Rosa diberikan kesehatan dan dipulihkan.
Pada Rabu jam 03.00 WIB atau sekitar jam 22.00 waktu Berlin, Whatsapp dari istri Mas Wawan mengabarkan bahwa beliau sudah menghadap ke Penciptanya. Semoga diterima arwahnya sesuai amal baiknya.
Mas Rosa yang selalu membawa semangat, ceria dan kesederhanaan. Kas piye sehat to??? Sehat yo kas.
Laksanto, 2023
Gambar: Project serius untuk Penguatan Kasasi
Gambar: Ketika di Manila tertipu driver taksi, diberi kembalian mata uang Afrika
Gambar: Ke Bromo karena udara yang dingin, Mas Rosa tidak bisa di tempat yang udaranya dingin
Gambar: Pak Rosa ke Sorong on Duty
Gambar: Rapat Redaksi Legal Era Indonesia
Gambar: Di Kuala Lumpur sebagai pembicara ASLI – Mas Rosa selalu dengan ritualnya
Gambar: Bersama Mas Rosa menikmati Sunrise di ufuk Sorong Papua
Gambar: Saat Mas Rosa dan Mbak Tuti diumrohkan. Titian muhibah rohani, yang ini tentunya Mas Rosa serius dan tidak cengengesan lagi. “Ududnya teteup pak. Cari-cari tempat yang bisa udud…”, kata Mbak Tuti